Categories
Berita

Agar Stevia Lebih Manis dan Higienis

Ketika sektor wisata terpuruk pandemi COVID-19, petani di Desa Jayagiri, Lembang Kab. Bandung Barat harus berjuang bertahan hidup karena pemasukan mereka dari sektor wisata berkurang drastis. Salah satu upaya dilakukan oleh Forum Penyelamat Lingkungan Hidup (FPLH) di Desa Jayagiri yang mengajak sekitar 100 warga di daerah tersebut untuk mencari pemasukan alternatif melalui budidaya daun stevia, sebuah komoditas yang dapat diolah menjadi gula rendah kalori.

Guna memperpanjang usia simpan, daun stevia harus dikeringkan sebelum dikirim ke produsen gula atau minuman olahan. Namun, petani stevia belum memiliki teknologi pengeringan yang mampu menjaga kualitas daun saat proses pengeringan dan juga mampu beroperasi di berbagai kondisi cuaca. Proses pengeringan daun dengan cara dijemur membuat kualitas daun kering rendah, karena warnanya menjadi cokelat, selain potensi terkontaminasi debu, serangga, atau hewan ternak.

Oleh karena itu, tim ilmuwan ITB yang dipimpin oleh Prof. Dr. Ir. Lienda Aliwarga, M.Eng., dari Kelompok Keahlian Teknologi Pengolahan Biomassa dan Pangan Fakultas Teknologi Industri (FTI) ITB bersama dengan Dr. Ir. Antonius Indarto melakukan pengabdian kepada masyarakat dalam penerapan teknologi pengeringan untuk meningkatkan nilai ekonomi daun stevia kering dalam meningkatkan nilai jual daun stevia serta kualitas dan higienitas komoditas tersebut sehingga kesejahteraan para petani stevia dapat meningkat.

“Melalui kegiatan wawancara kepada FPLH dan berbagai studi literatur dan eksperimen sederhana, tim pengabdian masyarakat berhasil memilih alat pengering yang cocok untuk pengeringan daun stevia dan menghibahkan alat tersebut kepada komunitas FPLH,” kata Prof. Lienda.

Setelah mendapatkan alat yang cocok, tim melakukan sosialisasi kepada masyarakat di Desa Jayagiri agar dapat mengoperasikan alat dengan baik. Dalam acara sosialisasi juga hadir masyarakat sekitar yang berprofesi sebagai petani kopi, jeruk, terong, pengrajin rengginang, hingga berbagai pelaku UKM lainnya yang juga dapat memanfaatkan alat pengering tersebut.

“Kondisi operasi alat pengering ini belum dicari agar dapat menghasilkan perubahan warna daun seminimal mungkin. Rencananya pada tahun depan dua orang mahasiswa akan melakukan penelitian di Desa Jayagiri untuk mendapatkan kondisi operasi terbaik,” jelas Prof. Lienda.