Categories
Berita

Marhaban Ya Ramadhan 1443 H

Categories
Artikel Kuliah Tamu

Mengenal Proses dan Produk dari Fermentasi Kopi Lewat Kuliah Tamu Prodi Teknik Pangan ITB

BANDUNG, itb.ac.id–Kopi adalah salah satu jenis minuman paling populer dan digemari di Indonesia bahkan di dunia. Selain memiliki rasa yang disukai banyak orang, kopi juga dikenal memiliki manfaat bagi kesehatan. Indonesia merupakan salah satu negara yang menghasilkan varietas biji kopi yang beragam dan berkualitas tinggi. Berbagai jenis olahan kopi telah dikenal luas di Indonesia.

Pada acara kuliah tamu untuk mata kuliah PG2206 Pangan Terfermentasi, Jumat (1/4/2022), Prodi Teknik Pangan, Fakultas Teknologi Industri ITB, dijelaskan salah satu metode pengolahan kopi dengan fermentasi oleh Ir. Eddy Kemenady., M.M., M.P. dari Kemenady Coffee and Co-Working Space.

Di awal materi, Eddy menjelaskan terkait kandungan dalam biji kopi. Kandungannya terdiri dari dua bagian utama yaitu lendir kopi atau mucilage dan daging buah kopi atau pulp. Selain itu, bagian lain yang terdapat pada biji kopi adalah parchment, silverskin, dan bean.

Secara komposisi kimia, lendir buah pada kopi didominasi oleh air hingga 84,2%. Lendir buah pada biji kopi juga terdiri dari protein sebesar 8,9% dan gula 4,1%. Sementara, kadar air pada daging buah kopi ada di angka 42,6% serta memiliki kadar selulosa sebesar 27,4%. Berbagai komponen lain seperti gula, tanin, mineral, lemak, resin, dan asam volatil lemak juga terdapat pada daging buah kopi.

Secara garis besar, tahap pemrosesan kopi melalui berbagai tahap. Biji kopi yang masih berjenis cherry akan melalui proses depulping, fermentation, demucilage, dan drying sebelum menjadi green beans. Setelah biji kopi telah menjadi green beans, biji kopi akan dipanggang hingga menjadi roasted beans. “Secara spesifik, pemrosesan kopi dibedakan menjadi dua metode yaitu dengan dry method dan wet method,” jelas Eddy. Setiap proses yang dilalui oleh biji kopi ini akan merubah lapisan yang ada pada biji kopi.

Eddy menjelaskan, pada proses fermentasi kopi, jenis bakteri yang dilibatkan adalah bakteri Saccharomyces cerevisiae dan lactic acid bacteria. Proses fermentasi ini dilangsungkan di coffee fermentation tank. “Fermentasi kopi alami melibatkan campuran berbagai jenis mikroba. Substrat fermentasi adalah lendir biji segar yang tersusun dari karbohidrat. Produk yang terbentuk dari proses ini akan bersifat asam dengan PH 4.1 hingga 4.3. Sumber N dari protein dan unsur mikro dan makro sering menjadi nutrisi pembatas yang menyebabkan terjadinya hambatan atau berhentinya proses fermentasi,” jelas Eddy.

Fermentasi pada kopi dilakukan pada alat yang menggunakan material SS 304 dengan temperatur yang sangat dikontrol. Untuk menghasilkan biji kopi dengan keasaman yang kompleks, proses fermentasi dilakukan pada suhu 4 – 8 derajat celcius. Sementara untuk menghasilkan biji kopi dengan kemanisan yang lebih tinggi, fermentasi dilakukan pada suhu 18 – 20 derajat celcius.

“Berbagai proses pada fermentasi kopi seperti penentuan suhu, durasi, penggunaan dan pemilihan jenis mikroba, kualitas air, dan kebersihan peralatan harus sangat diperhatikan agar dapat menghasilkan rasa dari biji kopi yang diinginkan,” papar Eddy. Berbagai kejadian yang harus dihindari saat melakukan fermentasi kopi adalah waktu fermentasi yang terlalu lama, proses pencucian yang buruk, kotornya tempat penjemuran biji kopi, dan juga mesin pengering yang terlalu panas.

Proses fermentasi kopi yang dilakukan dengan baik dan sesuai akan melahirkan berbagai hasil pada biji kopi seperti penurunan kandungan oksigen, peningkatan kadar karbondioksida, penurunan kadar air, penurunan PH, dan terbentuknya berbagai produk fermentasi seperti asam laktat, asam asetat, asam propionat, asam format, etanol, hidrogen peroksida, senyawa volatil sebagai zat pengawet makanan, hingga meningkatnya citarasa kopi.

Berbagai contoh produk hasil fermentasi dari kopi yang sukses di pasaran di antaranya adalah kopi Arabica Gunung Arca, Robusta Gunung Arca, Kleverig Blend, Emergency Blend, Arabica Blend Banana Koko, Arabika Anaerob Gunung Arca, Arabica Cianjur Carbonic Maceration, dan Frinsa Super Ateng.

Reporter : Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)

Categories
Artikel Seminar

Peran Insinyur Teknik Pangan ITB Diperlukan untuk Masa Depan Pangan Indonesia

BANDUNG, itb.ac.id – Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan Institut Teknologi Bandung (HMPG ITB) menyelenggarakan webinar mengenai teknik pangan pada Sabtu (5/2/2022). Sebagai salah satu rangkaian acara dari Food Engineering Festival (FEF ITB), kegiatan ini mengangkat judul “Foreseeing The Future of Food Engineering” dengan narasumber Dr. Ir. Dianika Lestari, S.T., M.T.

Dosen Teknik Pangan ITB itu mengawali paparan mengenai peran para insinyur pangan atau food engineer, yaitu dalam merancang dan mengembangkan teknologi serta sistem untuk proses produksi, distribusi, penyimpanan hasil pertanian serta bahan ingridien pangan dalam skala komersial. “Insinyur pangan juga berperan dalam menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pengolahan pangan pada skala industri,” jelas Dr. Dianika.

Tentunya untuk melakukan berbagai tugas tersebut, para insinyur pangan tidak sendirian. Terdapat berbagai aspek yang harus dipahami oleh para insinyur pangan. Mulai dari komoditas pangan di mana para insinyur pangan akan bekerja sama dengan para insinyur pertanian dan insinyur teknik pasca panen.
Lalu para insinyur pangan juga harus paham mengenai aditif pangan serta food ingredients untuk menghasilkan produk pangan yang aman dan baik, lalu dapat didistribusikan kepada masyarakat umum di pasaran.

Saat ini, tentunya masih ada beberapa permasalahan dalam sektor pangan di Indonesia. Pertama, pemanfaatan bahan baku pangan khas Indonesia untuk bahan komponen penyusun atau ingridien pangan masih terbatas. Selain itu, ahli teknik proses kimia Indonesia masih terbatas dalam melakukan perancangan teknologi proses produksi pangan untuk mengolah bahan baku pangan lokal khas Indonesia secara berkelanjutan.

Maka dari itu, para insinyur pangan dari program studi Teknik Pangan memiliki berbagai tugas dan peran untuk masa depan pangan Indonesia. Pertama, insinyur pangan Indonesia harus mampu menciptakan teknologi baru untuk memanfaatkan potensi sumber daya pangan Indonesia. Hal ini tentunya menjadi hal yang harus segera direalisasikan karena Indonesia memiliki sangat banyak potensi sumber daya pangan yang kaya akan kandungan gizi yang dapat dikomersialisasi dan juga dikembangkan untuk membantu perekonomian, mensejahterakan masyarakat, serta memajukan negara Indonesia.

Kedua, kualitas serta mutu pangan yang dihasilkan harus sangat diperhatikan dan juga dijaga dengan sangat baik karena bahan pangan adalah bahan yang sensitif dan langsung bersentuhan dengan manusia sepenuhnya. “Hasil pangan harus terjaga kontinuitasnya, kualitasnya, serta kapasitasnya agar bisa diterima di kalangan Industri,” tegas Dianika.

Pangan yang sehat dan lezat harus menjadi tujuan perakitan teknologi pengolahan pangan masa depan. Produksi pangan sehat pada skala industri komersial akan menjadikannya lebih terjangkau untuk masyarakat luas.

Di sisi lain, para insinyur dari Teknik Pangan serta ITB pada umumnya, telah turut berkontribusi pula untuk menghasilkan berbagai teknologi pengolahan pangan masa depan untuk Indonesia. Hasil yang diciptakan adalah Closed Circulated Batch Reactor dan Closed Circulated Semi-Continuous Reactor. Kedua reaktor ini memiliki berbagai kelebihan. Mulai dari konsumsi air yang lebih efisien, kontrol kehigienisan yang lebih baik, serta muatan bahan untuk diproses yang lebih besar.

Permasalahan kedua yang juga harus dapat diatasi oleh para insinyur pangan adalah food waste atau limbah pangan yang kini menjadi masalah besar di seluruh dunia. Dalam skala nasional, estimasi total food loss atau food waste Indonesia mencapai 18 hingga 31 juta ton per tahun. Tentunya, hal ini merupakan kondisi yang mendesak untuk diperbaiki. Solusi yang kini sedang dikembangkan oleh para insinyur pangan adalah teknologi pengolahan buah kering dan pengolahan lanjut limbah pangan menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan untuk hal lain.

“Bukan hanya itu, insinyur pangan juga harus mampu memperbaiki teknologi yang sudah ada saat ini menjadi teknologi yang lebih efisien dan lebih hemat sumber daya,” terang Dianika.

Selain itu, lanjut Dianika, para insinyur pangan juga harus beradaptasi dan juga bisa mengikuti perkembangan zaman terutama pada Industry 4.0 yang marak dengan otomasi industri, terutama pada sektor food processing, food packaging, dan food servicing yang kini banyak dijalankan oleh mesin dan teknologi.

Reporter : Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)

Categories
Artikel Seminar

Kontribusi Teknik Pangan ITB dalam Memajukan Industri Pangan Indonesia

BANDUNG, itb.ac.id—Prof. Lienda Aliwarga Handojo sebagai guru besar dari Ilmu Teknologi Pemrosesan Bahan Pangan, Fakultas Teknologi Industri ITB memaparkan berbagai riset dan penelitian yang telah dilakukan. Pemaparan dilakukan pada Sabtu (11/12/2021) bersamaan dengan orasi ilmiah yang ia sampaikan.

Penelitian Prof. Lienda berfokus pada riset berbasis bahan baku lokal seperti sawit, kelapa, kakao, singkong, dll. Proses penelitian dilakukan dengan memanfaatkan berbagai proses pengolahan untuk mendapatkan aneka produk pangan bernilai tambah termasuk mengurangi ketergantungan impor.

Penelitian pertama yang dilakukan adalah suplemen pakan ternak sabun kalsium. Tujuan penelitian ini adalah mengurangi impor susu Indonesia dengan meningkatkan produktivitas dan kualitas susu sapi lokal. Sabun kalsium atau sering dikenal dengan lemak kalsium, diperoleh dari reaksi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dengan kapur. PFAD merupakan produk samping proses pemurnian Crude Palm Oil yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia.

Suplemen ini dapat menaikkan produktivitas susu sapi perah secara signifikan termasuk kualitasnya. Hasil uji menunjukkan bahwa kualitas sabun kalsium yang dihasilkan sedikit lebih unggul dari produk serupa yang ada di pasaran luar negeri. Penelitian ini telah dituangkan dalam bentuk 3 buah paten.

Selanjutnya adalah penelitian fermented cassava flour (fercaf). Penelitian ini berhasil mengembangkan tepung fercaf yang berfungsi sebagai diversifikasi pangan atau sebagai substitusi impor tepung terigu. Hasil penelitian ini telah memperoleh paten dan diaplikasikan oleh PT Cassava Industri Estat Tujuh Sembilan di tahun 2017 dengan memproduksi tepung fercaf ini dalam skala komersial.

Beberapa penelitian lainnya juga berhasil dilakukan. Pengolahan whey untuk minuman bernutrisi misalnya. Whey yang merupakan limbah pabrik keju masih mengandung sekitar 6 gram protein/liter sehingga bisa diproses untuk menghasilkan minuman bernutrisi. “Pemrosesan air kelapa untuk minuman siap saji menggunakan teknologi membran. Maupun pemrosesan daun stevia sebagai sumber gula alami rendah kalori,” ujarnya.

Selain penelitian yang disebutkan sebelumnya, dilakukan pula adaptasi teknologi baru (novel processes) untuk pengolahan pangan. Pulse Electric Field untuk preservasi pasta alpukat dan pasta jahe. Karena seperti yang diketahui, alpukat merupakan buah yang tidak tahan panas sehingga preservasi secara termal tidak bisa dilakukan. Adapula edible coating yang bisa dimanfaatkan untuk memperpanjang umur simpan buah.

Prof. Lienda menyampaikan beberapa pesan tentang potensi industri pangan di masa mendatang. “Masih akan muncul beragam teknologi baru yang membutuhkan penyempurnaan melalui berbagai penelitian. Keberhasilan riset-riset di perguruan tinggi pun tidak dapat berjalan sendiri. Dibutuhkan sinergi dari semua pemangku kepentingan sebagai persiapan bangsa Indonesia untuk bersaing dan menghadapi tantangan global dalam industri pangan di masa depan,” tegas Prof. Lienda.

Reporter : Anastasia Meliana (Sains dan Teknologi Farmasi, 2019)