Categories
Article Seminar

Peran Insinyur Teknik Pangan ITB Diperlukan untuk Masa Depan Pangan Indonesia

[:id]

BANDUNG, itb.ac.id – Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan Institut Teknologi Bandung (HMPG ITB) menyelenggarakan webinar mengenai teknik pangan pada Sabtu (5/2/2022). Sebagai salah satu rangkaian acara dari Food Engineering Festival (FEF ITB), kegiatan ini mengangkat judul “Foreseeing The Future of Food Engineering” dengan narasumber Dr. Ir. Dianika Lestari, S.T., M.T.

Dosen Teknik Pangan ITB itu mengawali paparan mengenai peran para insinyur pangan atau food engineer, yaitu dalam merancang dan mengembangkan teknologi serta sistem untuk proses produksi, distribusi, penyimpanan hasil pertanian serta bahan ingridien pangan dalam skala komersial. “Insinyur pangan juga berperan dalam menemukan solusi untuk mengatasi permasalahan dalam pengolahan pangan pada skala industri,” jelas Dr. Dianika.

Tentunya untuk melakukan berbagai tugas tersebut, para insinyur pangan tidak sendirian. Terdapat berbagai aspek yang harus dipahami oleh para insinyur pangan. Mulai dari komoditas pangan di mana para insinyur pangan akan bekerja sama dengan para insinyur pertanian dan insinyur teknik pasca panen.
Lalu para insinyur pangan juga harus paham mengenai aditif pangan serta food ingredients untuk menghasilkan produk pangan yang aman dan baik, lalu dapat didistribusikan kepada masyarakat umum di pasaran.

Saat ini, tentunya masih ada beberapa permasalahan dalam sektor pangan di Indonesia. Pertama, pemanfaatan bahan baku pangan khas Indonesia untuk bahan komponen penyusun atau ingridien pangan masih terbatas. Selain itu, ahli teknik proses kimia Indonesia masih terbatas dalam melakukan perancangan teknologi proses produksi pangan untuk mengolah bahan baku pangan lokal khas Indonesia secara berkelanjutan.

Maka dari itu, para insinyur pangan dari program studi Teknik Pangan memiliki berbagai tugas dan peran untuk masa depan pangan Indonesia. Pertama, insinyur pangan Indonesia harus mampu menciptakan teknologi baru untuk memanfaatkan potensi sumber daya pangan Indonesia. Hal ini tentunya menjadi hal yang harus segera direalisasikan karena Indonesia memiliki sangat banyak potensi sumber daya pangan yang kaya akan kandungan gizi yang dapat dikomersialisasi dan juga dikembangkan untuk membantu perekonomian, mensejahterakan masyarakat, serta memajukan negara Indonesia.

Kedua, kualitas serta mutu pangan yang dihasilkan harus sangat diperhatikan dan juga dijaga dengan sangat baik karena bahan pangan adalah bahan yang sensitif dan langsung bersentuhan dengan manusia sepenuhnya. “Hasil pangan harus terjaga kontinuitasnya, kualitasnya, serta kapasitasnya agar bisa diterima di kalangan Industri,” tegas Dianika.

Pangan yang sehat dan lezat harus menjadi tujuan perakitan teknologi pengolahan pangan masa depan. Produksi pangan sehat pada skala industri komersial akan menjadikannya lebih terjangkau untuk masyarakat luas.

Di sisi lain, para insinyur dari Teknik Pangan serta ITB pada umumnya, telah turut berkontribusi pula untuk menghasilkan berbagai teknologi pengolahan pangan masa depan untuk Indonesia. Hasil yang diciptakan adalah Closed Circulated Batch Reactor dan Closed Circulated Semi-Continuous Reactor. Kedua reaktor ini memiliki berbagai kelebihan. Mulai dari konsumsi air yang lebih efisien, kontrol kehigienisan yang lebih baik, serta muatan bahan untuk diproses yang lebih besar.

Permasalahan kedua yang juga harus dapat diatasi oleh para insinyur pangan adalah food waste atau limbah pangan yang kini menjadi masalah besar di seluruh dunia. Dalam skala nasional, estimasi total food loss atau food waste Indonesia mencapai 18 hingga 31 juta ton per tahun. Tentunya, hal ini merupakan kondisi yang mendesak untuk diperbaiki. Solusi yang kini sedang dikembangkan oleh para insinyur pangan adalah teknologi pengolahan buah kering dan pengolahan lanjut limbah pangan menjadi bahan yang bisa dimanfaatkan untuk hal lain.

“Bukan hanya itu, insinyur pangan juga harus mampu memperbaiki teknologi yang sudah ada saat ini menjadi teknologi yang lebih efisien dan lebih hemat sumber daya,” terang Dianika.

Selain itu, lanjut Dianika, para insinyur pangan juga harus beradaptasi dan juga bisa mengikuti perkembangan zaman terutama pada Industry 4.0 yang marak dengan otomasi industri, terutama pada sektor food processing, food packaging, dan food servicing yang kini banyak dijalankan oleh mesin dan teknologi.

Reporter : Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)

[:en]

BANDUNG, itb.ac.id – Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan Institut Teknologi Bandung (HMPG ITB) held a webinar on food engineering on Saturday (5/2/2022). As one of a series of events from the Food Engineering Festival (FEF ITB), this activity has the title of “Foreseeing The Future of Food Engineering” and was brought by Dr. Ir. Dianika Lestari, S.T., M.T.

This Food Engineering ITB lecturer started her presentation about the role of food engineers, namely in designing and developing technology and systems for the production, distribution, storage of agricultural products and food ingredients on a commercial scale. “Food engineers also play a role in finding solutions to problems in food processing on an industrial scale,” explained Dr. Dianika.

Of course, to perform these various tasks, food engineers are not alone. There are various aspects that food engineers must understand. Starting from food commodities where food engineers will work closely with agricultural engineers and post-harvest engineering engineers.
Then food engineers must also understand food additives and food ingredients to produce safe and good food products, which can then be distributed to the consumers in the market.

Currently, of course, there are still some problems in the food sector in Indonesia. First, the use of Indonesian food raw materials for food components or ingredients is still limited. In addition, Indonesian process engineers are still limited in designing food production process technology to process local Indonesian food raw materials in a sustainable manner.

Therefore, food engineers from the Food Engineering study program have various tasks and roles for the future of Indonesian food. First, Indonesian food engineers must be able to create new technologies to exploit the potential of Indonesia’s food resources. This is certainly something that must be realized immediately because Indonesia has a lot of potential food resources that are rich in nutritional content that can be commercialized and also developed to help the economy, prosper the community, and advance the Indonesian state.

Second, the quality of the food produced must be very carefully considered and also maintained very well because food ingredients are sensitive materials and are in direct contact with humans completely. “Food products must be maintained for their continuity, quality, and capacity so that they can be accepted by the industry,” said Dianika.

Healthy and delicious food should be the goal of assembling future food processing technology. The production of healthy food on a commercial industrial scale will make it more affordable for the wider community.

On the other hand, engineers from Food Engineering and ITB in general have also contributed to producing various future food processing technologies for Indonesia. The results created are Closed Circulated Batch Reactor and Closed Circulated Semi-Continuous Reactor. Both of these reactors have various advantages. Starting from more efficient water consumption, better hygiene control, and a larger load of materials to be processed.

The second problem that food engineers must also solve is food waste, which is now a big problem all over the world. On a national scale, the estimated total food loss or food waste in Indonesia is 18 to 31 million tons per year. Of course, this is an urgent condition for improvement. The solution currently being developed by food engineers is technology for processing dried fruit and further processing food waste into materials that can be used for other things.

“Not only that, food engineers must also be able to improve the existing technology to become more efficient and resource-efficient technology,” explained Dianika.

In addition, Dianika continued, food engineers must also adapt and be able to keep up with the times, especially in Industry 4.0 which is rife with industrial automation, especially in the food processing, food packaging, and food servicing sectors, which are now mostly run by machines and technology.

Reporter : Yoel Enrico Meiliano (Food Engineering, 2020)

[:]

Categories
Article Seminar

Kontribusi Teknik Pangan ITB dalam Memajukan Industri Pangan Indonesia

[:id]

BANDUNG, itb.ac.id—Prof. Lienda Aliwarga Handojo sebagai guru besar dari Ilmu Teknologi Pemrosesan Bahan Pangan, Fakultas Teknologi Industri ITB memaparkan berbagai riset dan penelitian yang telah dilakukan. Pemaparan dilakukan pada Sabtu (11/12/2021) bersamaan dengan orasi ilmiah yang ia sampaikan.

Penelitian Prof. Lienda berfokus pada riset berbasis bahan baku lokal seperti sawit, kelapa, kakao, singkong, dll. Proses penelitian dilakukan dengan memanfaatkan berbagai proses pengolahan untuk mendapatkan aneka produk pangan bernilai tambah termasuk mengurangi ketergantungan impor.

Penelitian pertama yang dilakukan adalah suplemen pakan ternak sabun kalsium. Tujuan penelitian ini adalah mengurangi impor susu Indonesia dengan meningkatkan produktivitas dan kualitas susu sapi lokal. Sabun kalsium atau sering dikenal dengan lemak kalsium, diperoleh dari reaksi Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) dengan kapur. PFAD merupakan produk samping proses pemurnian Crude Palm Oil yang jumlahnya sangat banyak di Indonesia.

Suplemen ini dapat menaikkan produktivitas susu sapi perah secara signifikan termasuk kualitasnya. Hasil uji menunjukkan bahwa kualitas sabun kalsium yang dihasilkan sedikit lebih unggul dari produk serupa yang ada di pasaran luar negeri. Penelitian ini telah dituangkan dalam bentuk 3 buah paten.

Selanjutnya adalah penelitian fermented cassava flour (fercaf). Penelitian ini berhasil mengembangkan tepung fercaf yang berfungsi sebagai diversifikasi pangan atau sebagai substitusi impor tepung terigu. Hasil penelitian ini telah memperoleh paten dan diaplikasikan oleh PT Cassava Industri Estat Tujuh Sembilan di tahun 2017 dengan memproduksi tepung fercaf ini dalam skala komersial.

Beberapa penelitian lainnya juga berhasil dilakukan. Pengolahan whey untuk minuman bernutrisi misalnya. Whey yang merupakan limbah pabrik keju masih mengandung sekitar 6 gram protein/liter sehingga bisa diproses untuk menghasilkan minuman bernutrisi. “Pemrosesan air kelapa untuk minuman siap saji menggunakan teknologi membran. Maupun pemrosesan daun stevia sebagai sumber gula alami rendah kalori,” ujarnya.

Selain penelitian yang disebutkan sebelumnya, dilakukan pula adaptasi teknologi baru (novel processes) untuk pengolahan pangan. Pulse Electric Field untuk preservasi pasta alpukat dan pasta jahe. Karena seperti yang diketahui, alpukat merupakan buah yang tidak tahan panas sehingga preservasi secara termal tidak bisa dilakukan. Adapula edible coating yang bisa dimanfaatkan untuk memperpanjang umur simpan buah.

Prof. Lienda menyampaikan beberapa pesan tentang potensi industri pangan di masa mendatang. “Masih akan muncul beragam teknologi baru yang membutuhkan penyempurnaan melalui berbagai penelitian. Keberhasilan riset-riset di perguruan tinggi pun tidak dapat berjalan sendiri. Dibutuhkan sinergi dari semua pemangku kepentingan sebagai persiapan bangsa Indonesia untuk bersaing dan menghadapi tantangan global dalam industri pangan di masa depan,” tegas Prof. Lienda.

Reporter : Anastasia Meliana (Sains dan Teknologi Farmasi, 2019)

[:en]

BANDUNG, itb.ac.id—Prof. Lienda Aliwarga Handojo as a professor of Food Processing Technology Science, Faculty of Industrial Technology, ITB, explained various researches and studies that have been carried out. The presentation was held on Saturday (11/12/2021) along with the scientific oration she delivered.

Prof. Lienda’s research focuses on research based on local raw materials such as palm oil, coconut, cocoa, cassava, etc. The research process is carried out by utilizing various processing processes to obtain various value-added food products including reducing dependence on imports.

The first research conducted was a calcium soap animal feed supplement. The purpose of this study is to reduce imports of Indonesian milk by increasing the productivity and quality of local cow’s milk. Calcium soap or often known as calcium fat, is obtained from the reaction of Palm Fatty Acid Distillate (PFAD) with lime. PFAD is a by-product of the Crude Palm Oil refining process which is very abundant in Indonesia.

This supplement can significantly increase the productivity of dairy cows’ milk, including its quality. The test results show that the quality of the calcium soap produced is slightly superior to similar products on the foreign market. This research has been stated in the form of 3 patents.

Next is the study of fermented cassava flour (fercaf). This research succeeded in developing fercaf which functions as food diversification or as a substitute for imported wheat flour. The results of this research have obtained a patent and were applied by PT Cassava Industri Estat Tujuh Sembilan in 2017 who produces fercaf on a commercial scale.

Several other studies have also been successfully carried out. Processing whey for nutritious drinks, for example. Whey which is a cheese factory waste still contains about 6 grams of protein/liter so it can be processed to produce nutritious drinks. “Coconut water processing for ready-to-drink drinks uses membrane technology. As well as processing stevia leaves as a source of low-calorie natural sugar,” he said.

In addition to the research previously mentioned, adaptation of new technologies (novel processes) for food processing was also carried out. Pulse Electric Field for preservation of avocado paste and ginger paste. Because as is known, avocado is a fruit that is not heat-resistant so that thermal preservation cannot be done. There is also an edible coating that can be used to extend the shelf life of the fruit.

Prof. Lienda conveyed several messages about the potential of the food industry in the future. “There will still be a variety of new technologies that require refinement through various studies. The success of research in universities cannot go alone. Synergy from all stakeholders is needed in preparation for Indonesia to compete and face global challenges in the food industry in the future,” said Prof. Lienda.

Reporter : Anastasia Meliana (Pharmaceutical Science and Technology, 2019)

[:]

Categories
News Guest Lectures

Kuliah Tamu PG4104 Perancangan Produk Pangan

[:id]

 

Prodi Teknik Pangan ITB bekerja sama dengan PT Lautan Natural Krimerindo (LNK) akan menyelenggarakan kuliah tamu pada kuliah PG4104 Perancangan Produk Pangan dengan tema “Riset dan Product Development FMCG (Industri Krimer) dan Regulasi Terkait”. Narasumber pada kuliah tamu ini adalah Ir. Rochmad Indrawanto (Research and Innovation Manager PT LNK) dan Elvira Indrawati, S.T.P, M.T. (QSA Manager PT LNK).

Kuliah tamu akan dilaksanakan pada:
Hari/tanggal: Selasa, 23 November 2021
Waktu: pk. 13.00-15.30 WIB

Kuliah ini terbatas bagi mahasiswa ITB. Segera daftarkan dirimu sebelum hari 𝐊𝐚𝐦𝐢𝐬, 𝟏𝟖 𝐍𝐨𝐯𝐞𝐦𝐛𝐞𝐫 𝟐𝟎𝟐𝟏 𝐩𝐤 𝟐𝟑.𝟓𝟗 𝐖𝐈𝐁 karena akan ada hadiah menarik bagi peserta yang aktif.
Link pendaftaran: 𝐡𝐭𝐭𝐩𝐬://𝐬.𝐢𝐝/𝐊𝐮𝐥𝐭𝐚𝐦𝐋𝐍𝐊[:en]

 

Department of Food Engineering  in collaboration with PT Lautan Natural Krimerindo (LNK) will hold a guest lecture at the PG4104 Food Product Design course with the theme “Research and Product Development of FMCG (Crimean Industry) and Related Regulations”. The resource persons in this guest lecture are Ir. Rochmad Indrawanto (Research and Innovation Manager of PT LNK) and Elvira Indrawati, S.T.P, M.T. (QSA Manager of PT LNK).

Guest lectures will be held on:
Day/date: Tuesday, November 23, 2021
Time: pk. 13.00-15.30 WIB

This course is limited to ITB students. Register yourself immediately before the day of , .𝟓𝟗 because there will be attractive prizes for active participants.
Registration link: ://𝐬.𝐢𝐝/𝐊𝐮𝐥𝐭𝐚𝐦𝐋𝐍𝐊

 [:]

Categories
Article Guest Lectures

Kuliah Tamu PG3101 Satuan Operasi Teknik Pangan 1

[:id]

Prodi Teknik Pangan ITB menyelenggarakan kuliah tamu pada kuliah PG3101 Satuan Operasi Teknik Pangan 1 dengan mengundang Prof. Mukund V. Karwe, Distinguished Proffesor di Department of Food Science, Rutgers University, New Jersey, Amerika Serikat. Beliau adalah salah satu tim advisory board prodi Teknik Pangan ITB. Kuliah diselenggarakan sebanyak 4 pertemuan dari tanggal 9 hingga 30 November 2021. Beliau memaparkan mengenai teknologi ekstrusi dan beberapa teknologi baru dalam pengolahan pangan, yaitu pemrosesan bertekanan tinggi (High Pressure Processing) dan pemrosesan pangan menggunakan microwave. Kuliah tamu dilakukan secara langsung dari Amerika Serikat menggunakan media Zoom.

[:en]

Food Engineering Department of ITB held a guest lecture at the PG3101 Food Engineering Operations Unit 1 lecture by inviting Prof. Mukund V. Karwe, Distinguished Professor at the Department of Food Science, Rutgers University, New Jersey, USA. He is a member of the advisory board team of the Food Engineering Department of ITB. The lecture was held in 4 weeks from November 9 to 30, 2021. He explained about extrusion technology and several new technologies in food processing, namely High Pressure Processing and food processing using microwaves. Guest lectures were conducted live from the United States using Zoom media.

[:]

Categories
News Student Achievement

Mahasiswa Prodi Teknik Pangan ITB Meraih Juara 2 Dalam Lomba Concept Pada Acara Parahyangan Chemical Engineering’s Event

[:id]

Prodi Teknik Pangan ITB mengucapkan selamat kepada Aurellia Clara Tania (mahasiswi Teknik Pangan angkatan 2019), Tito Wijayanto (Teknik Kimia 2019), dan Rebecca Anastacia (Teknik Kimia 2019) atas prestasinya sebagai juara 2 dalam lomba Concept pada acara Parahyangan Chemical Engineering’s Event yang diselenggarakan oleh Universitas Parahyangan. Kelompok ini dibimbing oleh Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati, S.T., M.Sc. Selamat dan terus berkarya, semoga dapat menginspirasi semuanya agar terus mengejar prestasi.[:en]

Department of Food Engineering congratulates Aurellia Clara Tania (Food Engineering student class 2019), Tito Wijayanto (Chemical Engineering 2019), and Rebecca Anastacia (Chemical Engineering 2019) for their achievements as 2nd place in the Concept competition at the Parahyangan Chemical Engineering’s Event held by Parahyangan University. This group is guided by Dr. Made Tri Ari Penia Kresnowati, S.T., M.Sc. Congratulations and keep up the good work, hopefully it can inspire everyone to continue to pursue achievements.[:]

Categories
Article Guest Lectures

Prodi Teknik Pangan ITB Gelar Webinar tentang Pengolahan dan Fermentasi Coklat

[:id]

BANDUNG, itb.ac.id—Prodi Teknik Pangan, Fakultas Teknologi Industri (FTI) Institut Teknologi Bandung dan Departemen Professional Development Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan ITB (HMPG ITB) sukses menyelenggarakan webinar terkait Pengolahan dan Fermentasi Coklat, Sabtu (6/11/2021) lalu.

Kegiatan yang masuk dalam rangkaian acara “Webinar Alkalisasi Proses Nibs, Massa, dan Cake Kakao” itu menghadirkan Direktur Espe Food serta penulis buku “Kakao dan Teknologi Produksi Coklat”, Drs. Susanto Purwo sebagai narasumber dan pembawa materi.

Susanto mengatakan, Indonesia menjadi salah satu negara yang memiliki peran besar dalam pertumbuhan kakao. Data mencatat, pada tahun 2012, pertumbuhan kakao di Indonesia mencapai angka 400.000 ton per tahun. “Indonesia mulai memperkenalkan tumbuhan kakao pada tahun 1880 – 1889 dan pertumbuhan kakao di Indonesia pada rentang tahun tersebut sudah mencapai 12 ton per tahun, kemudian menjadi 2300 ton per tahun pada tahun 1911,” jelasnya.

Apa saja jenis buah kakao? Dijelaskannya, terdapat berbagai jenis buah kakao, mulai dari Criollo, Forastero, Trinitario, dan Arriba. Setiap jenis buah kakao tersebut memiliki ciri khasnya masing-masing. Kakao jenis Criollo memiliki karakteristik rasa malt, lalu kakao jenis Forastero memiliki warna ungu tua dan memiliki rasa cocoa yang kuat. Kemudian kakao jenis Trinitario yang berasal dari Trinidad memiliki warna ungu muda dan kakao jenis Arriba yang berasal dari Ekuador memiliki rasa yang sangat bagus dan waktu fermentasinya hanya 24 jam.

Untuk proses fermentasinya, ia menjelaskan, terdapat dua proses di dalam fermentasi kakao yaitu proses aerobik dan proses anaerobik. Ia menjelaskan bahwa pada fermentasi di luar biji kakao, mulanya getah mengalami fase anaerobik selama 1 sampai 2 hari, kemudian menjadi aerobik dengan terbentuknya asam asetat di dalam pulpa.

Proses anaerobik di dalam biji kakao bersifat hidrolitik dan dimulai dengan reaksi enzimatik. Enzima glikosidase merubah pigmen warna dari biji menjadi sukrosa dan cyanidin melalui proses hidrolisa. Selain itu, Enzima Invertase juga mengubah sukrosa menjadi glukosa dan fruktosa.

Selanjutnya, fase aerobik baru terjadi setelah pemecahan sel dan masuknya oksigen ke dalam biji kakao. Dalam proses ini, senyawa cyanidin dan senyawa kompleks dari proteina-phenol berubah warna menjadi coklat tua. Kemudian quinone bergabung dengan senyawa amine, asam amino, dan senyawa yang mengandung sulfur menjadi senyawa yang mengurangi rasa pahit.

“Selain itu, juga terjadi reaksi di dalam biji kakao yang membentuk senyawa yang disebut aroma precursor. Senyawa-senyawa ini yang akan membentuk aroma kakao ketika disangrai,” ujar Susanto.

Terakhir, Susanto menjelaskan tentang cara memeriksa kualitas biji kakao. “Salah satu hal terpenting yang harus dilakukan adalah tes pembelahan biji untuk memeriksa kualitas,” ucapnya. Selain itu, juga ada cara pemeriksaan kualitas biji kakao lainnya yaitu indeks fermentasi. Indeks fermentasi berfungsi untuk mengetahui secara eksak apakah biji kakao terfermentasi dengan baik atau tidak.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Teknik Pangan, 2020)

[:en]

BANDUNG, itb.ac.id—Food Engineering Department, Faculty of Industrial Technology (FTI) Bandung Institute of Technology and the Department of Professional Development Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan ITB (HMPG ITB) successfully held a webinar related to Chocolate Processing and Fermentation, Saturday (6/11/2021) .

This topic which is included in the series of events “Webinars on Alkalization of Nibs, Mass, and Cocoa Cake Processes” presents the Director of Espe Food and the author of the book “Kakao dan Teknologi Produksi Coklat”, Drs. Susanto Purwo as the speaker.

Susanto said, Indonesia is one of countries that has a big role in cocoa growth. Data records that in 2012, cocoa growth in Indonesia reached 400,000 tons per year. “Indonesia began to introduce cocoa plants in 1880 – 1889 and the growth of cocoa in Indonesia in that span of years had reached 12 tons per year, then to 2300 tons per year in 1911,” he explained.

What are the types of cocoa pods? He explained, there are various types of cocoa pods, ranging from Criollo, Forastero, Trinitario, and Arriba. Each type of cocoa fruit has its own characteristics. Criollo cocoa has a malt taste characteristic, while Forastero cocoa has a dark purple color and has a strong cocoa taste. Then the Trinitario cocoa from Trinidad has a light purple color and the Arriba cocoa from Ecuador has a very good taste and the fermentation time is only 24 hours.

For the fermentation process, he explained, there are two processes in cocoa fermentation, namely the aerobic process and the anaerobic process. He explained that in the fermentation outside of cocoa beans, the sap initially undergoes an anaerobic phase for 1 to 2 days, then becomes aerobic with the formation of acetic acid in the pulp.

The anaerobic process in cocoa beans is hydrolytic and begins with an enzymatic reaction. Glycosidase enzymes change the color pigments from seeds into sucrose and cyanidin through the hydrolysis process. In addition, the enzyme invertase also converts sucrose into glucose and fructose.

Furthermore, the new aerobic phase occurs after the breakdown of cells and the entry of oxygen into the cocoa bean. In this process, cyanidin compounds and complex compounds of protein-phenol change color to dark brown. Then quinone combines with amine compounds, amino acids, and sulfur-containing compounds to form compounds that reduce bitter taste.

“In addition, there is also a reaction in the cocoa bean that forms a compound called aroma precursor. These compounds will form the aroma of cocoa when roasted,” said Susanto.

Finally, Susanto explained how to check the quality of cocoa beans. “One of the most important things to do is a seed split test to check the quality,” he said. In addition, there is also another way to check the quality of cocoa beans, namely the fermentation index. The fermentation index is used to know exactly whether the cocoa beans are fermented properly or not.

Reporter: Yoel Enrico Meiliano (Food Engineering, 2020)

[:]

Categories
Article Guest Lectures

Prodi Teknik Pangan ITB Selenggarakan Webinar Alkalisasi Cokelat

[:id]

BANDUNG, itb.ac.id–Prodi Teknik Pangan, Fakultas Teknologi Industri ITB dan Departemen Professional Development Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan ITB (HMPG ITB) bekerja sama untuk menggelar webinar terkait Alkalisasi Coklat yang ada di dalam rangkaian acara “Webinar Alkalisasi Proses Nibs, Massa, dan Cake Kakao” Sabtu (6/11/2021). Webinar ini menghadirkan Direktur Espe Food serta penulis buku “Kakao dan Teknologi Produksi Coklat”, Drs. Susanto Purwo sebagai narasumber dan pembawa materi.

Di awal sesi ini, Drs. Susanto menjelaskan tentang alkalisasi secara umum. “Proses alkalisasi merupakan proses penambahan alkali kepada nib, massa, dan cake kakao yang bertujuan untuk menaikkan pH dan menciptakan warna serta memperbaiki kelarutan produk,” ujar Drs. Susanto. Berbagai jenis alkali yang dapat dimanfaatkan adalah K2CO3, MgCO3, Na2CO3, NH4CO3, dan masih banyak lagi. Melalui proses alkalisasi, kelarutan, warna, dan rasa kakao akan mengalami perubahan.

Salah satu tujuan alkalisasi ini dilakukan yaitu untuk meningkatkan kelarutan kakao. “Sampai saat ini, bubuk kakao sendiri tak bisa dibuat hingga memiliki kelarutan 100%, maka dari itu kithanya dapat membuat kelarutan kakao menjadi lebih baik melalui proses alkalisasi ini,” ujar Drs. Susanto.

Selanjutnya, Drs. Susanto menjelaskan tentang peran proses alkalisasi terhadap pembentukan rasa dan aroma kakao. Menurut penelitian oleh Li, asam yang merupakan 60% dari fraksi pada kakao mudah menguap. Melalui proses alkalisasi, asam yang menguap hanya menjadi 30%. Pada proses alkalisasi akan terbentuk glycosylated flavanol yang berperan untuk mengurangi rasa pahit. Selain itu, reaksi glikosilasi juga dapat mengurangi rasa astringency.

Pada proses alkalisasi ini tentu saja juga terjadi perubahan kimiawi. Pertama, terjadi perubahan pH menjadi semakin tinggi. Lalu juga terjadi perubahan suhu, tekanan uap, dan kadar oksigen. Selain itu, semakin panjang proses alkalisasi, akan semakin baik juga warna kakao yang dihasilkan. Pada proses alkalisasi juga terjadi beberapa reaksi. Mulai dari reaksi netralisasi dari asam, reaksi hidrolisa dari glikosida, reaksi hidrolisa ester yang berperan untuk mempermudah interaksi dengan senyawa pembentuk rasa dan aroma kakao, reaksi maillard untuk menimbulkan rasa dan aroma baru dari kakao, dan berbagai reaksi lainnya.

Drs. Susanto juga menjelaskan berbagai teknik proses alkalisasi. Mulai dari proses alkalisasi pada nib kakao, proses alkalisasi pada masa kakao, dan proses alkalisasi pada bubuk kakao. “Proses alkalisasi ini dilakukan pada bahan kakao yang berbeda-beda karena perusahaan mesin kakao berusaha menciptakan hal yang baru dalam proses pembuatan kakao,” ujar Drs. Susanto. Maka dari itu, banyak penelitian paten yang dilakukan oleh pabrik mesin serta pabrik kakao besar di dunia.

Reporter : Yoel Enrico Meiliano, Teknik Pangan 2020

[:en]

BANDUNG, itb.ac.id–Food Engineering Department, Faculty of Industrial Technology ITB and the Department of Professional Development of Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan ITB (HMPG ITB) are collaborating to hold a webinar related to Alkalization of Chocolate which is part of the series of events “Webinars for Alkalization of the Nibs Process, Massa, and Cocoa Cake” Saturday (6/11/2021). This webinar presents the Director of Espe Food and the author of the book “Kakao dan Teknologi Produksi Coklat”, Drs. Susanto Purwo as the presenter.

At the beginning of this session, Drs. Susanto explained about alkalization in general. “Alkalization process is the process of adding alkali to nib, mass, and cocoa cake which aims to raise the pH and create color and improve product solubility,” said Drs. Susanto. Various types of alkali that can be used are K2CO3, MgCO3, Na2CO3, NH4CO3, and many more. Through the process of alkalization, the solubility, color, and taste of cocoa will change.

One of the purposes of this alkalization is to increase the solubility of cocoa. “Until now, cocoa powder itself cannot be made until it has 100% solubility, therefore we can only improve the solubility of cocoa through this alkalization process,” said Drs. Susanto.

Furthermore, Drs. Susanto explained about the role of the alkalization process in the formation of cocoa flavor and aroma. According to research by Li, the acid which is 60% of the fraction in cocoa is volatile. Through the alkalization process, the evaporated acid is only 30%. In the alkalization process, glycosylated flavanols are formed which play a role in reducing the bitter taste. In addition, glycosylation reactions can also reduce astringency.

In this alkalization process, of course, chemical changes also occur. First, there is a change in pH to be higher. Then there are also changes in temperature, vapor pressure, and oxygen levels. In addition, the longer the alkalization process, the better the color of the cocoa produced. During the alkalization process, several reactions occur. Starting from the neutralization reaction of acids, hydrolysis reactions of glycosides, hydrolysis reactions of esters which play a role in facilitating interactions with compounds that form cocoa flavors and aromas, Maillard reactions to create new flavors and aromas from cocoa, and various other reactions.

Drs. Susanto also explained various techniques of the alkalization process. Starting from the alkalization process on the cocoa nib, the alkalization process on the cocoa mass, and the alkalization process on cocoa powder. “This alkalization process is carried out on different cocoa components because cocoa machine companies are trying to create new things in the cocoa manufacturing process,” said Drs. Susanto. Therefore, a lot of patent research is being carried out by machine manufacturers and large cocoa factories in the world.

Reporter : Yoel Enrico Meiliano, Food Engineering 2020

[:]

Categories
News Guest Lectures

Kuliah Tamu “Pengawet, Pemanis dan Pewarna: Mitos vs Fakta dan Aturan BPOM”

[:id]

Pada hari Kamis, 25 Oktober 2021 lalu, Program Studi Teknik Pangan ITB kembali menyelenggarakan kuliah tamu pada kuliah PG4023 Teknologi Minuman Olahan. Tema kuliah tamu kali ini adalah “Pengawet, Pemanis dan Pewarna: Mitos vs Fakta dan Aturan BPOM” dengan narasumber Andy Murphy, S.T., Head of R&D pada PT. Suntory Garuda Beverages. Melalui kuliah tamu ini, peserta kuliah mendapatkan wawasan yang lebih luas mengenai berbagai bahan aditif yang digunakan di industri minuman. Terima kasih kepada Bapak Andy Murphy yang telah berbagi ilmu kepada para mahasiswa peserta kuliah.[:en]

On Thursday, October 25, 2021, the Department of Food Engineering again held a guest lecture at the PG4023 Processed Beverage Technology course. The theme of this guest lecture is “Preservatives, Sweeteners and Colorants: Myth vs. Facts and Regulations of BPOM” with Andy Murphy, S.T., Head of R&D at PT. Suntory Garuda Beverages. Through this guest lecture, lecture participants gain a broader insight into the various additives used in the beverage industry. Thank you to Mr. Andy Murphy who has shared knowledge with the students participating in the lecture.[:]

Categories
News Seminar

Writing Scientific Manuscript Series 2021

Categories
News

Selamat Maulid Nabi Muhammad SAW

en_USEnglish