Categories
News

Ujian Komprehensif Perdana Teknik Pangan

[:id]

Pada tanggal 25 Juni 2019, Program Studi Teknik Pangan telah melaksanakan Ujian Komprehensif yang pertama. Ujian Komprehensif ini merupakan ujian akhir dari pendidikan sarjana (S-1) yang merupakan bagian dari evaluasi mahasiswa sebelum lulus. Soal yang disampaikan merupakan bagian dari pembelajarna yang telah ditempah mulai dari tahun pertama hingga tahun keempat. Pelaksanaan ujian dilakukan secara online di ruang komputer (lantai 2) Labtek IIB, Kampus ITB Jatinangor dan berjalan dengan baik. Pengumuman hasil Ujian Komprehensif dan sekaligus pengumuman kelulusan dilaksanakan sehari setalahnya yaitu hari Rabu, 26 Juni 2019 di Gedung Serba Guna, Kampus ITB Jatinangor. Dengan telah dilaksanakan dan diumumkannya hasil Ujian Komprehensif ini maka pada wisuda ITB periode Oktober 2019, Prodi Teknik Pangan akan menghasilkan lulusan perdana (angkatan pertama). Selamat![:en]

On June 25, 2019, the Department of Food Engineering has carried out the first Comprehensive Exam. This Comprehensive Examination is the final examination of undergraduate education (S-1) which is part of student evaluation before graduation. The questions presented are part of the lessons learned from the first year to the fourth year. The exam was conducted online in the computer room (2nd floor) Labtek IIB, Jatinangor ITB Campus and went well. The announcement of the results of the Comprehensive Examination and at the same time the graduation announcement is held a day after, namely Wednesday, June 26, 2019 at the Multipurpose Building, ITB Campus, Jatinangor. By implementing and announcing the results of this Comprehensive Examination, at the ITB graduation period for October 2019, the Food Engineering Study Program will produce first graduates. Congratulations![:]

Categories
News

Chemurgy Innovation Summit 2019

[:id]

Himpunan Mahasiswa Teknik Bioenergi dan Kemurgi (HMTB) mengadakan seminar dengan tema “Potensi Biomassa di Indonesia dalam mewujudkan Kemandirian Ekonomi” yang akan dilaksanakan pada :

Sabtu, 06 April 2019
09-00 WIB – selesai
Aula Timur, Institut Teknologi Bandung.
Jalan Ganesa No. 10 Bandung – 40132

Pendaftaran : http://bit.ly/PendaftaranCIS2019[:en]

The Bioenergy and Kemurgi Engineering Student Association (HMTB) held a seminar with the theme “Biomass Potential in Indonesia in Realizing Economic Independence” which will be held on :

Saturday, April 6, 2019
9:00 a.m. WIB – finished
East Hall, Institut Teknologi Bandung.
Jalan Ganesa No. 10 Bandung – 40132

Registration : http://bit.ly/PendaftaranCIS2019[:]

Categories
Article

Doktor Lienda A Handojo, Dosen ITB Yang Raih 3 Paten Dari Riset Pemanfaatan Produk Samping Minyak Sawit

[:id]
*Dr. Ir. Lienda Aliwarga Handojo, M.Eng., menerima penghargaan poster terbaik dalam Pekan Riset Sawit Indonesia 2018 di Bandung (Dok. Pribadi)

Sumber Berita : www.itb.ac.id

BANDUNG, itb.ac.id – Indonesia dikenal sebagai salah satu produsen terbesar crude palm oil (minyak sawit mentah) di dunia. Data dari Badan Pusat Statistik (BPS) pada tahun 2017 menyebutkan Indonesia memiliki lahan sawit seluas 12,3 juta hektar dengan hasil minyak sawit mentah sekitar 34,4 juta ton.

Pemanfaatan minyak kelapa sawit dalam bidang pangan telah mengakar dalam kehidupan manusia sehari-hari, seperti untuk kebutuhan minyak goreng, bahan makanan, margarin, dan lain-lain. Dalam prosesnya, minyak sawit mentah harus disuling terlebih dahulu sebelum dimanfaatkan lebih lanjut. Proses penyulingan akan menghasilkan refined palm oil sebagai hasil utama dan Palm Fatty Acid Distillate atau PFAD sebagai hasil samping yang belum banyak dimanfaatkan. Hal inilah yang mendorong Dr. Ir. Lienda Aliwarga Handojo, M. Eng., untuk meneliti lebih dalam mengenai pemanfaatan PFAD sehingga dapat memiliki nilai tambah.

Dr. Lienda merupakan dosen pada Program Studi Teknik Kimia, Institut Teknologi Bandung yang telah menjalani pekerjaannya sejak tahun 1979. Di tengah kesibukannya mengajar, ia melakukan riset mengenai pemanfaatan lemak kalsium sebagai suplemen pakan ternak.

“Saya beserta tim, Dr. Antonius Indarto dan Dr. Dian Shofinita tengah meneliti mengenai pengembangan teknologi produksi suplemen pakan ternak dengan menggunakan bahan baku hasil samping penyulingan minyak kelapa sawit. Hal tersebut diharapkan dapat meningkatkan nilai tambah serta produk yang dihasilkan bermanfaat bagi para peternak,untuk meningkatkan produksi susu sapi mereka” papar Dr. Lienda.

Penelitiannya sudah dimulai sejak tahun 2016 ketika Badan Pengelola Dana Perkebunan Kelapa Sawit (BPDPKS) mengadakan seleksi pendanaan untuk penelitian dan pengembangan sawit. “Pada saat itu kami mengajukan proposal dan penelitian ini termasuk yang terpilih untuk didanai,” tuturnya.

Pembuatan lemak kalsium dari PFAD ini melibatkan perubahan fasa yang kompleks. Mulai dari fasa padat, berubah menjadi cair yang berbentuk suspensi pekat karena adanya pemanasan dan penambahan padatan kalsium, selanjutnya mengembang dengan cepat hingga volume mencapai enam kali semula, lalu tiba-tiba memadat kembali. Lienda mengatakan bahwa diperlukan teknik reaksi dan desain reaktor yang khusus agar reaksi yang eksoterm ini dapat menghasilkan produk dengan komposisi yang diinginkan. “Penambahan kalsium tersebut bertujuan agar lemak yang diberikan sebagai suplemen tidak mengganggu pencernaan hewan ternak,” jelas Ketua Kelompok Keahlian Teknologi Pengolahan Biomassa dan Pangan -Teknik Kimia ITB ini.

Lemak kalsium hasil penelitian Lienda dan tim ini juga telah diuji secara in-vitro dan in-vivo yang langsung ke hewan ternak. Pengujian in-vivo dilakukan di peternakan sapi Lembang, yang merupakan sentra susu di Jawa barat. Hasil yang baik ditunjukkan pada kedua pengujian tersebut. “Uji in-vitro yang meliputi segi kecernaan bahan pangan, bahan organik, kandungan ammonia, dan volatile fatty acid memperlihatkan produk kami lebih unggul daripada suplemen komersial,” ungkapnya.


*Kunjungan BPDP kelapa sawit ke Teknik Kimia ITB untuk meninjau hasil penelitian yang didanai BPDPKS (Dok. Pribadi)

“Begitu pula uji in-vivo menunjukkan produksi susu sapi yang diberi lemak kalsium hasil penelitian lebih tinggi 16% dibandingkan sapi yang tidak diberi suplemen dan lebih tinggi 4% jika dibandingkan dengan suplemen komersial. Sapi yang diberi lemak kalsium secara fisik lebih sehat dan lebih fertile karena setelah melahirkan biasanya sapi perah cenderung mengalami penurunan kesehatan dan pengeroposan tulang akibat ekskresi susu yang terus menerus tanpa diimbangi dengan asupan yang sesuai ” jelasnya.

Kerja keras Lienda dan tim membuahkan hasil yang manis karena telah memperoleh tiga paten sekaligus. “Tiga paten yaitu paten proses, alat, dan komposisi telah dibuat terkait dengan produksi suplemen lemak kalsium ini. Saat ini kami tengah mengurus segala kelengkapan untuk bekerjasama dengan calon investor dalam memproduksi lemak kalsium sehingga produk tersebut dapat dimanfaatkan untuk meningkatkan produktivitas susu sapi perah di Indonesia. Hal ini sejalan dengan yang dicanangkan oleh Kemenperin, yaitu ingin meningkatkan produksi susu lokal yang pada tahun 2017 hanya dapat memenuhi 23% kebutuhan domestik menjadi 60% pada tahun 2025 ” tutur Lienda.

Atas penelitian ini juga Lienda menjadi salah satu dari 12 dosen Penerima Penghargaan Bidang Karya dan Inovasi pada peringatan Dies Natalis ke-60 ITB. Tak berpuas diri, Lienda merencanakan untuk terus mengembangkan hasil penelitiannya. “Kedepannya kami akan meneliti juga suplemen unggas yang akan berguna untuk para peternak unggas di Indonesia,” pungkasnya.

Reporter: Billy Akbar Prabowo (Teknik Metalurgi 2016)[:en]
* Dr. Ir. Lienda Aliwarga Handojo, M.Eng., Received the best poster award in the 2018 Indonesian Palm Oil Research Week in Bandung (Personal Doc.)

News Source : www.itb.ac.id

BANDUNG, itb.ac.id – Indonesia is known as one of the largest producers of crude palm oil in the world. Data from the Central Statistics Agency (BPS) in 2017 states that Indonesia has 12.3 million hectares of oil palm land with 34.4 million tons of crude palm oil.

The use of palm oil in the food sector has taken root in everyday human life, such as the need for cooking oil, food ingredients, margarine, and others. In the process, crude palm oil must be distilled first before further use. The refining process will produce processed palm oil as the main product and Palm Fatty Acid Distillate or PFAD as a by-product that has not been widely used. This is what drives Dr. Ir. Lienda Aliwarga Handojo, M.Eng., For further research on the use of PFAD so that it can have added value.

Dr. Lienda is a lecturer in the Chemical Engineering Study Program, Bandung Institute of Technology who has been carrying out his work since 1979. In the midst of his busy teaching, he conducted research on the use of calcium fat as a animal feed supplement.

“Me and his team, Dr. Antonius Indarto and Dr. Dian Shofinita are currently researching the development of technology for the production of animal feed supplements using raw materials from the side of palm oil refining. This is expected to increase added value and produce products that benefit farmers, to increase production their cow’s milk, “Dr. Lienda.

She’s research has begun since 2016 when the Palm Oil Plantation Fund Management Agency (BPDPKS) held a funding selection for oil palm research and development. “At that time we submitted a proposal and this research was among those chosen to be funded,” She said.

Making calcium fat from PFAD involves complex phase changes. Starting from the solid phase, it turns into a concentrated liquid which is concentrated due to heating and addition of calcium solids, then expands rapidly until the volume reaches six times, then suddenly freezes again. Lienda said that special reaction techniques and reactor designs are needed so that this exothermic reaction can produce products with the desired composition. “The addition of calcium is intended so that the fat given as a supplement does not interfere with the digestion of livestock,” explained the Chairperson of the ITB Biomass and Food Chemistry Expertise Group.

Calcium fat from the study by Dr. Lienda and this team has also been tested in vitro and in vivo directly into livestock. In-vivo testing was carried out at the Lembang cattle farm, which is a milk center in West Java. Good results are shown in both tests. “In-vitro tests which include food digestibility, organic matter, ammonia content, and volatile fatty acids show our products are superior to commercial supplements,” She said.


* Visit of oil palm BPDP to Chemical Engineering ITB to review the results of research funded by BPDPKS (Personal Doc.)

“Likewise, the in-vivo test showed that the milk production of calcium-fed cow was 16% higher than that of non-supplemented cows and 4% higher compared to commercial supplements. Cows that are given calcium fat are physically healthier and more fertile because after giving birth usually dairy cows tend to experience a decrease in health and bone loss due to continuous excretion of milk without being balanced with appropriate intake, “She explained.

Dr. Lienda and the team’s hard work paid off sweetly because they had obtained three patents at once. “Three patents, namely patent processes, tools, and compositions have been made related to the production of calcium fat supplements. We are currently working on all the facilities to work with potential investors in producing calcium fat so that the product can be used to increase milk cow milk productivity in Indonesia. This is in line with what was stated by the Ministry of Industry, which is to increase local milk production, which in 2017 can only fulfill 23% of domestic demand to 60% by 2025, ” She said.

For this research, Dr. Lienda also became one of the 12 lecturers who received the Award for the Field of Work and Innovation at the commemoration of the 60th Anniversary of ITB. Not complacent, She plans to continue to develop the results of his research. “In the future we will also research poultry supplements that will be useful for poultry farmers in Indonesia,” She concluded.

Reporter: Billy Akbar Prabowo (Metallurgical Engineering 2016)[:]

Categories
News

International Seminar on Chemical Engineering Soehadi Reksowardojo 2019

International Seminar on Chemical Engineering Soehadi Reksowardojo 2019

“Bioenergy and Biochemical Products for National Sovereignty and Self-Reliance”

Kupang 7-9 October 2019.

Organizers: Teknik Kimia ITB & UK Artha Wacana NTT.

Website : stksr.che.itb.ac.id

Categories
News

Program Studi Teknik Pangan Turut Berpartisipasi Dalam Open House ITB 2018

[:id]

Program Studi Teknik Pangan turut berpartisipasi dalam kegiatan Open House Pendidikan ITB 2018 pada hari Sabtu dan Minggu, 15 dan 16 Desember 2018, bertempat di Aula Barat dan Aula Timur ITB, Jl. Ganesa no. 10 Bandung. Kegiatan ini terbuka untuk umum dan tidak dipungut biaya.

Open House Pendidikan ITB akan menyajikan pameran dan presentasi program studi-program studi di masing-masing fakultas/sekolah di ITB, serta menampilkan pameran kegiatan kemahasiswaan ITB di sekitar area Aula Barat dan Aula Timur ITB. Kegiatan Open House Pendidikan ITB tersebut terbuka untuk umum, mulai pukul 08.00 – 16.00 WIB.

Untuk informasi lebih lanjut silahkan kunjungi halaman situs USM

[:en]

ITB 2018 Educational Open House will be held on Saturday and Sunday, 15 and 16 December 2018, at 08.00 – 16.00 WIB, located at the West and East Hall of ITB, Jl. Ganesha no. 10 Bandung.

The Education Open House ITB will be filled with exhibitions and presentations from all the departments of each faculty and school here at ITB. Chemical Engineering Department definitely participates in this upcoming event.
The event would also be enriched by student activities around the area.

For more information please visit the USM Site.

[:]

Categories
News

Kunjungan Industri ke PT Ultrajaya Milk Industry

[:id]

Rabu, 28 November 2018, mahasiswa Program Studi Sarjana Teknik Pangan FTI – ITB melakukan kunjungan industri ke PT Ultrajaya Milk Industry.

Kunjungan kegiatan industri ini adalah salah satu langkah bagi mahasiswa agar dapat melihat lebih dekat bagaimana dunia kerja yang akan mereka masuki setelah lulus. Diharapkan dari hasil kunjungan ini dapat menambah ilmu bagi mahasiswa terkait penerapan ilmu yang telah didapatkan di dalam perkuliahan serta semakin termotivasi untuk belajar lebih giat dan mengetahui esensi serta aplikasi ilmu yang telah diberikan oleh dosen.

Kunjungan dipimpin oleh Ketua Prodi Teknik Pangan Ir. Ronny Purwadi, M.T., Ph.D., didampingi Dr. Ir. Lienda Aliwarga, Dr.Ir. Irwan Noezar, MS., Antonius Indarto, ST., M.Eng., Ph.D., serta Dr. Ir. Melia Laniwati Gunawan., M.Sc.



[:en]

Wednesday, November 28, 2018, students of the Bachelor of Food Engineering Program – ITB made an industrial visit to PT Ultrajaya Milk Industry.

This industrial activity visit is one step for students to get a closer look at how the world of work they will enter after graduation. It is expected that from the results of this visit can increase knowledge for students related to the application of knowledge that has been obtained in lectures and increasingly motivated to study harder and know the essence and application of knowledge that has been given by lecturers.

The visit was led by the Chair of Food Engineering Program Ir. Ronny Purwadi, M.T., Ph.D., accompanied by Dr. Ir. Lienda Aliwarga, and Dr.Ir. Irwan Noezar, MS., Antonius Indarto, ST., M.Eng., Ph.D., and Dr. Ir. Melia Laniwati Gunawan., M.Sc.



[:]

Categories
News

FTI dan ITB Selenggarakan Pameran EXPROBE 2018

[:id]

Bandung, 21 November 2018, FTI dan ITB menyelenggarakan pameran yang berjudul “EXHIBITION OF INTERDISCIPLINARY PROJECTS FOR FOOD ENGINEERING AND BIOENERGY & CHEMURGY ENGINEERING 2018” (EXPROBE), bertempat di Gedung Labtek 2A – kampus ITB Jatinangor.

[:en]

Bandung, November 21, 2018, FTI and ITB held an exhibition entitled “EXHIBITION OF INTERDISCIPLINARY PROJECTS FOR FOOD ENGINEERING AND BIOENERGY & CHEMURGY ENGINEERING 2018” (EXPROBE), took place at Labtek 2A Building – ITB campus in Jatinangor.

[:]

Categories
News

HMPG ITB Selenggarakan Seminar Keprofesian Teknik Pangan

[:id]

Disadur dari situs ITB

JATINANGOR, itb.ac.id – Teknik  Pangan adalah bidang keilmuan yang mempelajari teknologi dan proses pengolahan pangan. Lulusan Teknik Pangan diharapkan dapat memformulasikan masalah-masalah yang berhubungan dengan pemrosesan dan pengolahan pangan pada skala industri, memiliki pengetahuan tentang komponen pangan khas Indonesia, serta mengetahui pangan tandingan yang berasal dari dalam negeri. Oleh karena itu, para lulusan Teknik Pangan perlu dikenalkan pada dunia industri pangan sejak dini. Berangkat dari hal ini, Himpunan Mahasiswa Teknik Pangan (HMPG) ITB menyelenggarakan seminar keprofesian Teknik Pangan bertajuk Seminar of Food Engineering Based on Industrial Thinking (SOERABI). Tujuan dari seminar ini adalah untuk mengenalkan dunia industri pangan dan peluang karir dalam bidang pangan kepada mahasiswa ITB, secara khusus mahasiswa Teknik Pangan ITB.

Seminar SOERABI sendiri diselenggarakan pada Sabtu (18/11/17) bertempat di Gedung Kuliah Umum (GKU) 1 ITB kampus Jatinangor. Selain dihadiri oleh mahasiswa dan para dosen pengajar Teknik Pangan ITB, seminar ini juga dihadiri oleh mahasiswa dari program studi lain, seperti Rekayasa Pertanian, Rekayasa Hayati, Teknologi Pasca Panen, Kewirausahaan, dan para mahasiswa Tahap Persiapan Bersama (TPB) dari Fakultas Teknologi Industri. Dalam seminar ini, pembicara yang dihadirkan adalah para praktisi yang sudah berkecimpung lama dalam dunia industri pangan.

Pembicara seminar yang pertama adalah Abdul Rachman Winata dari Unilever. Rachman sendiri merupakan alumni Teknik Kimia ITB angkatan 2006 yang saat ini bekerja sebagai Assistant Manager For Processing Unilever Walls. Dalam seminar yang dibawakannya, Rachman banyak menjelaskan peran seorang insinyur pangan dalam menjalankan proses produksi pangan dalam skala industri. Misalnya, seorang insinyur pangan diperlukan untuk memastikan proses produksi berlangsung dengan baik sesuai dengan Good Manufacturing Practice (GMP) yang berlaku. Selain itu, insinyur pangan juga harus mampu mengevaluasi suatu proses produksi pangan sehingga dapat meningkatkan efisiensi proses atau mampu memperbaiki kesalahan yang terjadi selama proses produksi.

Pembicara seminar yang kedua adalah Fernando dari PT. Zena Nirmala Sentosa. Berbeda dengan Rachman, Fernando yang juga merupakan alumni Teknik Kimia ITB angkatan 2006 menjelaskan peluang karir lulusan Teknik Pangan dalam bidang wirausaha. Fernando sendiri merupakan seorang wirausahawan yang telah mulai membangun perusahaan pangan sejak di bangku kuliah. Menurut Fernando, untuk dapat bersaing dalam bisnis pangan, seorang wirausahawan harus menjadi inovatif. Pasalnya, produk pangan merupakan salah satu produk yang sangat cepat berubah dan mudah untuk dimodifikasi. Sehingga, setiap waktunya pola konsumsi pangan masyarakat akan terus berubah.  Untuk itulah para wirausahawan yang ingin bergelut dalam bidang pangan harus inovatif dan mudah beradaptasi pula. Sikap ini dapat dikembangkan sejak di bangku kuliah. Oleh karena itu, Fernando mengajak para peserta seminar untuk mulai berkarya dan berinovasi sejak di bangku kuliah.

Saat ditemui di sela-sela seminar, ketua penyelenggara SOERABI, Evelyn Angelica (Teknik Pangan 2015) mengungkapkan bahwa seminar ini sendiri sangat penting bagi mahasiswa, terutama para mahasiswa yang ingin bekerja dalam bidang pangan. Evelyn berharap seminar serupa dapat diselenggarakan di waktu-waktu berikutnya dengan lebih baik lagi. Evelyn juga berharap melalui seminar ini, para peserta bisa mendapatkan pengetahuan lebih tentang industri pangan dan peluang karirnya. “Semoga seminar ini bisa membuka wawasan para peserta tentang dunia pangan”, pungkasnya.[:en]

Adapted from the site ITB

JATINANGOR, itb.ac.id – Food Engineering is a scientific field that studies food processing technology and processes. Food Engineering graduates are expected to formulate problems related to food processing and processing on an industrial scale, have knowledge of typical Indonesian food components, and know competing foods originating from within the country. Therefore, Food Engineering graduates need to be introduced to the world of the food industry from an early age. Departing from this, the Food Engineering Student Association (HMPG) ITB held a Food Engineering professional seminar entitled Seminar on Food Engineering Based on Industrial Thinking (SOERABI). The purpose of this seminar is to introduce the world of food industry and career opportunities in the field of food to ITB students, specifically Food Engineering students of ITB.

The SOERABI seminar itself was held on Saturday (11/18/17) at the Public Lecture Building (GKU) 1 ITB campus Jatinangor. In addition to being attended by students and lecturers of Food Engineering, ITB, this seminar was also attended by students from other study programs, such as Agricultural Engineering, Biological Engineering, Post Harvest Technology, Entrepreneurship, and students of the Joint Preparation Phase (TPB) from the Industrial Technology Faculty. In this seminar, the speakers presented were practitioners who had been involved in the food industry.

The first seminar speaker was Abdul Rachman Winata from Unilever. Rachman himself is a 2006 alumni of Chemical Engineering ITB who currently works as Assistant Manager for Processing at Unilever Walls. In the seminar he presented, Rachman explained a lot about the role of a food engineer in carrying out the food production process on an industrial scale. For example, a food engineer is needed to ensure the production process takes place in accordance with the applicable Good Manufacturing Practice (GMP). In addition, food engineers must also be able to evaluate a food production process so that it can improve process efficiency or be able to correct errors that occur during the production process.

The second seminar speaker was Fernando from PT. Zena Nirmala Sentosa. In contrast to Rachman, Fernando, who is also an alumni of the Chemical Engineering ITB in 2006 explained the career opportunities of Food Engineering graduates in the field of entrepreneurship. Fernando himself is an entrepreneur who has started building food companies since he was in college. According to Fernando, to be able to compete in the food business, an entrepreneur must be innovative. Because, food products are one product that is very fast changing and easy to modify. So, every time the pattern of food consumption of the people will continue to change. For this reason entrepreneurs who want to struggle in the food sector must be innovative and adaptable as well. This attitude can be developed since college. Therefore, Fernando invited the seminar participants to start working and innovating since they were in college.

When met during the seminar, the head of the organizer SOERABI, Evelyn Angelica (Food Engineering 2015) revealed that the seminar itself is very important for students, especially students who want to work in the food sector. Evelyn hopes that similar seminars can be held in the following times better. Evelyn also hopes that through this seminar, participants can get more knowledge about the food industry and career opportunities. “Hopefully this seminar can open the participants’ insight into the world of food,” he concluded.[:]

Categories
Student Achievement

Mahasiswa Teknik Pangan FTI meraih “Best Innovation Idea” Prize of Beverage Category pada acara FPDC 2018

[:id]

“Selamat atas prestasi yang membanggakan”
Evelyn Angelica (14315027), Natasha Emanuella (14315019) dan Abigail Marcia (14315008) mahasiswa dari Program Studi Sarjana Teknik Pangan FTI berhasil meraih gelar “Best Innovation Idea” Prize of Beverage Category pada acara Food Product Development Competition (FPDC) 2018, an ASEAN-level competition held on October 3rd-4th 2018 in JIExpo Jakarta, focusing on product development in food and beverage. Kegiatan FPDC ini diselenggarakan oleh Himpunan Mahasiswa Ilmu dan Teknologi Pangan IPB.[:en]

“Congratulations on the proud achievement”Evelyn Angelica (14315027), Natasha Emanuella (14315019) and Abigail Marcia (14315008) students from the FTI Bachelor of Food Engineering Study Program won the “Best Innovation Idea” Prize of Beverage Category at the 2018 Food Product Development Competition (FPDC) and ASEAN – JIExpo Jakarta’s competition held on October 3rd-4th 2018, focusing on product development in food and beverage. This FPDC activity was organized by the Food Science and Technology Student Association of IPB.[:]

Categories
Article

CASHELL DRINK

[:id]

Tahukah anda bahwa 1 dari 3 balita di Indonesia terkena “Stunting” atau kerdil ? (UNICEF,2017) Stunting adalah suatu masalah gizi yang menyebabkan pertumbuhan seorang anak sangat lambat bahkan terhenti sehingga tubuh anak tersebut akan lebih pendek dari anak-anak seusianya. Bahkan, perkembangan organ dan otak dari anak tersebut juga akan melambat. Stunting disebabkan oleh kurangnya gizi balita sejak di rahim sang Ibu.
.
.
.
Seperti halnya dengan Bobi, seorang anak di Panti Asuhan Nias. Bobi adalah salah satu anak yang menderita kekerdilan atau dikenal sebagai “Stunting.” Sejak umur 5 tahun, badannya termasuk kecil dibanding dengan teman-temannya. Tidak hanya itu, Bobi juga menderita kaki O, TBC, dan juga tertinggal dalam hal akademik. Sekarang Bobi berumur 15 tahun masih kelas 1 smp (karena sering tidak naik kelas) dan memiliki tinggi 139,7cm. ——————————————————————————————————————————
1. Inovasi yang saya, Evelyn Angelica, dan Natasha Emanuella buat adalah CASHELL DRINK. Minuman kaya nutrisi seperti kalsium, zat besi, dan protein yang diperlukan oleh ibu untuk menutrisi anaknya pada 1000 hari pertama. Cashell dibuat dari bahan-bahan asli Indonesia yaitu singkong dan air sebagai bahan utama, dan kemudian difortifikasi dengan kacang tolo sebagai sumber protein dan cangkang telur sebagai sumber kalsium.
2. Manfaat dari dibuatnya Cashell Drink adalah untuk memerangi masalah stunting di Indonesia. Cashell drink diharapkan dapat memberikan gizi yang cukup untuk semua ibu dan anak-anak di seluruh Indonesia bahkan bagi mereka yang berada di bawah garis kemiskinan hingga tidak dapat membeli susu. Cashell Drink dijual dengan harga Rp. 2.500 untuk 250mL dengan harapan ibu-ibu yang berpendapatan rendah di daerah dapat membelinya-dengan begitu masalah pertumbuhan angka penderita stunting di Indonesia dapat dicegah.

Salam dari kami,
Team Cashell (Abigail Marcia, Evelyn Angelica, dan Natasha Emanuella)[:en]

Did you know that 1 in 3 toddlers in Indonesia is affected by “stunting” or dwarf? (UNICEF, 2017) Stunting is a nutritional problem that causes the growth of a child to be very slow and even stops so that the child’s body will be shorter than the children his age. In fact, the development of the organs and brain of the child will also slow down. Stunting is caused by a lack of nutritional toddlers since in the mother’s womb.
.
.
.
Like the case with Bobi, a child at the Nias Orphanage. Bobi is one of the children who suffered from stunting or known as “Stunting.” Since he was 5 years old, his body was small compared to his friends. Not only that, Bobi also suffered from foot O, tuberculosis, and was also left behind in academic matters. Now 15-year-old Bobi is in grade 1 junior high school (because he often doesn’t go up to class) and has a height of 139.7cm. ————————————————– ————————————————– ————————–
1. The innovation that I, Evelyn Angelica, and Natasha Emanuella made was CASHELL DRINK. Nutrient-rich drinks such as calcium, iron, and proteins needed by mothers to nourish their children in the first 1000 days. Cashell is made from authentic Indonesian ingredients, cassava and water as the main ingredients, and then fortified with tolo beans as a source of protein and eggshells as a source of calcium.
2. The benefits of making Cashell Drink are to combat stunting problems in Indonesia. Cashell drink is expected to provide adequate nutrition for all mothers and children throughout Indonesia even for those who are below the poverty line so they cannot buy milk. Cashell Drinks are sold at Rp. 2,500 for 250mL in the hope that low-income mothers in the region can buy it — so that the problem of growing numbers of stunting sufferers in Indonesia can be prevented.

Greetings from us,
Team Cashell (Abigail Marcia, Evelyn Angelica, and Natasha Emanuella)

 [:]

en_USEnglish